Kamis, 29 Juli 2010

Bom Kuningan di Hotel JW Marriot-Ritz Charlton

Pagi ini, indah seperti biasanya. Di ruangan tamu, sambil menyeruput secangkir kopi hangat, kupangku putri semata wayang yang sedang asyik bermain dengan boneka kecilnya. Boneka itu, hadiah ulang tahunya yang sebenarnya mempunyai cerita tersendiri. Wanita yang paling kucintai juga duduk disampingku, merekah senyuman ketika melihat tingkah lucu putri kami. Tidak dapat pula kusembunyikan keceriaan akhir-akhir ini, kecintaan tiada tara pada isteriku semakin bertambah ruah setelah kutahu dia sedang hamil. Kami sedang menanti kelahiran satu lagi benih cinta dalam keluarga kecil kami .

Begitulah kebiasaan yang wajar terlihat dikala pagi sebelum aku berangkat kerja. Berusaha menyempatkan diri bercengkrama bersama keluarga kecilku, bercerita sejenak tentang apa saja yang mungkin akan dilewati hari ini. Mereka berdualah cinta sekaligus asaku, selayaknya aku yang tulus mereka cintai dan tempat menumpukan harapan. Meskipun aku hanyalah seorang karyawan restoran yang terletak di salah satu hotel mewah ibu kota.

Pagi ini, akupun tidak memiliki firasat apapun tentang kejadian yang akan kulalui. Karena seperti biasa, aku berusaha membiarkan hidup mengalir sesuai kehendaknya. Bagi orang biasa sepertiku, hanya doa dan kerja keras yang menjadi modal untuk dapat bertahan hidup. Setelah berkeluarga dan menjadi seorang ayah, aku semakin giat berusaha, kulakukan pekerjaan dengan ihklas dan sungguh-sungguh, semua itu demi menafkahi keluarga yang kucintai. Menjadi tulang punggung keluarga adalah kewajiban dan kebahagianku, selain tersirat pula keinginan untuk dapat membahagiakan kedua orang tua di usia senja mereka.

Namun, dalam waktu dekat ini, yang paling kunanti hanyalah satu. Atas izin Yang Maha Kuasa, akan tiba pula saat yang dinantikan. Andai waktu dapat bergulir cepat, ingin aku memohon segera hadir saat dimana aku dapat menyaksikan kehadiran satu lagi benih cintaku di muka bumi ini. Andai saja….

Dilokasi yang berbeda…

Pagi itu, seorang lelaki tampak berkonsentrasi mengerjakan sesuatu. Beberapa komponen keelektrikan berbeda ukuran dan jenis, serta berutas-utas kabel berwarna-warni bertebaran di lantai. Sepertinya dia sedang merangkai komponen-komponen itu menjadi satu kesatuan peralatan yang agar dapat difungsikan oleh waktu. Entahlah, hanya dia yang benar-benar paham apa yang sedang dikerjakan.
Lelaki itu sedang berada dalam salah satu kamar pada sebuh hotel termewah di negeri ini. Sudah sekitar 3 bulan dia menjadi penghuni, dan menurut rencananya hari ini adalah terakhir dia menjadi tamu di hotel ini. Semua barang-barang bawaan telah rapi dimasukkan ke dalam dua buah tas yang direbahkan di atas ranjang, selain masih ada satu pekerjaan lagi yang harus diselesaikan. Rangkaian peralatan itu sepertinya begitu penting sebelum keberangkatannya.

Penampilan lelaki ini cukup menarik untuk dipandang. Raut wajah yang tenang biasanya menandakan kesopanan budi pekerti dan halus tutur kata dari seseorang. Prasangka yang sudah menjadi kelumrahan masyarakat di negeri ini, untuk menilai seseorang dari penampilan luarnya terlebih dahulu.

Ada sekelumit sejarah yang patut diketahui tentang lelaki ini. Cukup lama dia pergi meninggalkan keluarga yang dicintainya tanpa kabar berita, dengan sebuah alasan yang hingga sekarang hanya dia yang tahu. Karena begitu besar keyakinan keluarga padanya, membuat mereka rela dan mendukung niat lelaki itu untuk mengembara demi niat yang tertanam dalam hati. Semenjak muda dia gemar menuntut ilmu, yang akhirnya membuat dia terpahamkan oleh ilmu. Pemahaman yang mengantarkan dia menemukan kawan, kelompok yang sama-sama memperjuangankan apa yang mereka pahami dan benarkan sendiri.

Di tempat inilah aku bekerja. Hari masih sangat pagi, belum banyak pengujung yang datang. Namun sebentar lagi, seperti biasanya pada saat penghuni hotel mulai beranjak melakukan aktifitas, kebanyakan dari mereka akan sarapan di restoran ini. Apalagi pagi hari ini merupakan agenda rutin mingguan dari sekelompok pengusaha penting negeri, mereka mengadakan pertemuan sekaligus sarapan di restoran ini. Tentu saja, merupakan keharusan jika keamanan dalam hotel sekaligus restoran ini sangat diperhatikan, karena selain merupakan salah satu hotel paling mewah yang ada, pengunjungnya pun sebagian besar adalah orang-orang penting. Tidak sedikit juga yang berasal dari luar negeri.

Ketika restoran sudah mulai ramai oleh pengunjung, akupun mulai disibukkan dengan pekerjaan rutin, melayani dengan ramah para pengunjung yang ingin mendapatkan sarapan pagi. Para pengusaha penting juga sudah menempati meja khusus yang sengaja disediakan. Aku berjalan menghampiri salah seorang dari mereka yang sudah cukup kukenal, bos besar pemilik salah satu perusahaan termuka di negeri ini. Terlebih dahulu kuawali dengan senyum dan tegur sapa, sebelum melaksanakan tugasku untuk mencatat pesanan yang mereka inginkan.

Dari jarak yang tidak terlalu jauh, sosok seorang lelaki berjalan perlahan memasuki pintu penghubung antara hotel dan restoran. Sambil menenteng sebuah tas dan menyandang ransel di pundaknya, dia berjalan semakin mendekat. Ternyata, jadi juga dia check out pagi ini, dan mungkin terlebih dahulu ingin sarapan sebelum pergi.

Wajah lelaki yang memang sudah tidak asing bagiku, dia sudah menjadi pengunjung tetap di restoran ini selama 3 bulan terakhir. Aku bahkan sudah hafal kebiasaanya setiap datang, setelah memesan makanan dan minuman, dia langsung memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela, mungkin agar dapat melihat pemandangan yang terlihat di luar restoran. Selain, dia juga suka mengamati keadaan sekitar di dalam restoran.

Dari penampilan, dia memang kelihatan nyentrik, jarang bicara, namun murah tersenyum setiap berpapasan dengan siapa saja. Sikap ramahnya itu yang membuat aku beranikan untuk mengobrol denganya di suatu siang. Waktu itu dia sedang menuggu pesanan makanan siang, dan aku melihat dia menanti sambil melihat foto seorang anak gadis.

Pembicaraan pun terjalin, setelah aku tahu yang di foto itu adalah anak gadisnya yang sudah lama tidak dijumpainya, akupun bercerita bahwa mempunyai seorang anak gadis yang seumuran dengan anaknya. Selanjutnya, dalam perbincangan seterusnya dia tidak banyak bicara, lebih banyak menyimak dan mengguratkan senyuman ketika aku bercerita. Tapi ada satu hal yang menarik, seakan ingin mengakhiri pembicaraan kami kala itu, dia mengeluarkan sebuah boneka beruang dari saku jaketnya yang berukuran besar. Boneka itu diberikan kepadaku, “Berikan ini sebagai hadiah untuk putri kecil mu”. Serba kebetulan karena ternyata beberapa hari lagi anakku memang akan berulang tahun, dan boneka itu kuberikan sebagai hadiah ulang tahun putriku. Begitulah aku menceritakan tentang lelaki sedikit misterius yang beberapa bulan ini sering kujumpai.

Kemudian aku menghampirinya, dia sedang berjalan menuju ke arah meja tempat diadakanya pertemuan oleh para pengusaha itu. Di meja pertemuan itu tampaknya si bos yang kukenal tidak berada di tempatnya, terakhir aku meilihat dia berjalan kearah toilet. Namun, selang beberapa detik setelah itu, aku tidak ingat beberapa kejadian selanjutnya.

Aku baru tersentak sadar, ketika kepala bagian kananku terasa sangat ngilu, seperti terkena hantaman benda keras yang sangat kuat. Ketika membuka mata, terkejut melihat seluruh bajuku bersimbah darah, dan aku terkapar di samping trotoar. Aku tahu tempat ini adalah jalan di depan restoran, tetapi kenapa aku disini ?.

Seluruh anggota tubuhku yang lain seperti mati rasa, kedua tangan dan kakiku tak dapat bergerak seperti tidak melekat di tubuhku lagi. Aku belum sempat memastikan apa yang terjadi pada tubuhku, sebelum akhirya kembali tidak sadar. Hanya sayup-sayup aku mendengar suara seseorang sebelum sepenuhnya tak sadarkan diri, itu adalah suara si bos. “Restoran telah di bom”.

Lirik Lagu Dewa – Hadapi Dengan Senyum

hadapi dengan senyuman
semua yang terjadi biar terjadi
hadapi dengan tenang jiwa
semua kan baik-baik saja

bila ketetapan Tuhan
sudah ditetapkan, tetaplah sudah
tak ada yang bisa merubah
dan takkan bisa berubah

relakanlah saja ini
bahwa semua yang terbaik
terbaik untuk kita semua
menyerahlah untuk menang

Tidak ada komentar: