Kamis, 29 Juli 2010

Si Ayam dan Si Sapi

Alkisah, ada dua binatang yang berteman akrab sejak kecil, yaitu si ayam dan si sapi. Mereka selalu berjalan berdua kemanapun mereka pergi.

Pada suatu hari, ketika mereka berjalan melewati sawah kosong yang jauh dari keramaian kota , mereka menemukan seorang laki-laki yang hampir mati.

si ayam berkata: “eh, pi! liat tuh! kayaknya ada orang sedang berbaring didepan!”

si sapi : “iya, yam! gue juga liat. kayaknya dia sedang sekarat. yuk kita deketin.”

Mereka melihat dari dekat, dan laki-laki itu dengan lemah berkata : “Tolong aku, aku lapar dan tidak punya makanan”

Lalu si ayam berkata kepada sapi : “Eh, kasihan deh. pi, yuk kita tolong dia.”

Sahut si sapi : “tapi gimana yam ? kita kan nggak bawa bekal apa-apa ?”

Si ayam berkata : “ya sudah, apa yang ada pada diri kita saja kita olah menjadi makanan, setuju?”

Sapi mengangguk : “baiklah, kalau itu bisa menyelamatkan nyawa orang itu, saya bersedia.”

Singkat cerita, mereka masing-masing memberikan bagian diri mereka, mengolahnya menjadi makanan dan memberikan kepada laki-laki tersebut. Ia sangat berterimakasih, kesehatannya telah pulih dan ia melanjutkan perjalanannya. Si ayam dan si sapi pun melanjutkan perjalanannya berdua.

Si ayam berkata : “Senang yach, rasanya, kita bisa menjadi berguna untuk orang lain….”

Si sapi membalas : “iya sih, aku juga senang. tapi kamu jalannya jangan cepat-cepat yam, aku tadi memberikan hatiku untuk menjadi makanannya, kamu sih enak, bisa bertelur….”

Cerita diatas menggambarkan 2 tipe dalam memberi, yaitu memberi dalam kelimpahan dan memberi dalam kekurangan. Sifat ini dapat kita refleksikan dalam diri kita, yaitu ketika kita memberikan pertolongan dalam lingkungan sekitar, boleh ditanyakan dalam diri kita sendiri: “apakah saya merasa sudah memberikan yang terbaik untuk mereka?” biarlah hati nurani masing-masing yang menjawabnya.

Saya jadi ingat, ketika seorang kaya memperhatikan orang-orang yang kekurangan. Orang-orang kaya memberi pertolongan dari kelimpahannya, tetapi seorang janda miskin memberi dari kekurangannya, bahkan seluruh nafkahnya. Orang yang memberikan dari kelimpahannya memberi sedikit bagian untuk orang miskin dan sisa bagian yang jauh lebih banyak untuk dirinya sendiri, sedangkan si janda miskin memberikan seluruh bagiannya untuk sesamanya dan tidak ada bagian untuk dirinya sendiri. Itulah sebuah kenyataan, bahwa setiap orang memiliki kasih yang berbeda untuk sesama kita.

Kehendak Tuhan adalah supaya kita saling mengasihi dan saling tolong-menolong antara sesama manusia.


Tuhan memang tidak butuh harta kita. Ia adalah pemilik surga dan bumi. Jika Ia mau, Ia bisa mengambil semua harta kita. Tuhan menginginkan hati kita, supaya kita saling tolong - menolong terhadap orang yang membutuhkan bantuan. Namun hal ini tidak akan terjadi sepenuhnya sebelum hati kita masih menyayangi harta duniawi dan diri sendiri.


Tidak ada komentar: