Kamis, 29 Juli 2010

Sahabat Jadi Cinta

Pagi hari saat aku terbangun tiba-tiba ada seseorang memanggil namaku. Aku melihat keluar. Alex temanku sudah menunggu diluar rumah nenekku dia mengajakku untuk bermain bola basket.

“Ayo kita bermain basket ke lapangan.” ajaknya padaku.

“Sekarang?” tanyaku dengan sedikit mengantuk.

“Besok! Ya sekarang!” jawabnya dengan kesal.

“Sebentar aku cuci muka dulu. Tunggu ya!”,

“Iya tapi cepat ya” pintanya.

Setelah aku cuci muka, kami pun berangkat ke lapangan yang tidak begitu jauh dari rumah nenekku.

“Wah dingin ya.” kataku pada temanku.

“Cuma begini aja dingin payah kamu.” jawabnya.

Setelah sampai di lapangan ternyata sudah ramai.

“Ramai sekali pulang aja males nih kalau ramai.” ajakku padanya.

“Ah! Dasarnya kamu aja males ngajak pulang!”,

“Kita ikut main saja dengan orang-orang disini.” paksanya.

“Males ah! Kamu aja sana aku tunggu disini nanti aku nyusul.” jawabku malas.

“Terserah kamu aja deh.” jawabnya sambil berlari kearah orang-orang yang sedang bermain basket.

“Van!” seseorang teriak memanggil namaku. Aku langsung mencari siapa yang memanggilku.

Tiba-tiba seorang gadis menghampiriku dengan tersenyum manis. Sepertinya aku mengenalnya. Setelah dia mendekat aku baru ingat.

“Lina?” tanya dalam hati penuh keheranan. Lina adalah teman satu SMK denganku dulu, kami sudah tidak pernah bertemu lagi sejak kami lulus 3 tahun lalu. Bukan hanya itu Lina juga pindah ke Bandung ikut orang tuanya yang bekerja disana.

“Hai masih ingat aku nggak?” tanyanya padaku.

“Lina kan?” tanyaku padanya.

“Yupz!” jawabnya sambil tersenyum padaku. Setelah kami ngobrol tentang kabarnya aku pun memanggil Alex.

“Lex! Sini” panggilku pada Alex yang sedang asyik bermain basket.

“Apa lagi?” tanyanya padaku dengan malas.

“Ada yang dateng” jawabku.

“Siapa?”tanyanya lagi,

“Lina!” jawabku dengan sedikit teriak karena di lapangan sangat berisik.

“Siapa? Nggak kedengeran!”.

“Sini dulu aja pasti kamu seneng!”.

Akhirnya Alex pun datang menghampiri aku dan Lina. Dengan heran ia melihat kearah kami. Ketika ia sampai dia heran melihat Lina yang tiba-tiba menyapanya.

“Lina?” tanyanya sedikit kaget melihat Lina yang sedikit berubah.

“Kenapa kok tumben ke Jakarta? Kangen ya sama aku?” tanya Alex pada Lina.

“Ye GR! Dia tu kesini mau ketemu aku” jawabku sambil menatap wajah Lina yang sudah berbeda dari 3 tahun lalu.

“Bukan aku kesini mau jenguk nenekku.” jawabnya.

“Yah nggak kangen dong sama kita.” tanya Alex sedikit lemas.

“Ya kangen dong kalian kan sahabat ku.” jawabnya dengan senyumnya yang manis.

Akhinya Lina mengajak kami kerumah neneknya. Kami berdua langsung setuju dengan ajakan Lina. Ketika kami sampai di rumah Lina ada seorang anak laki-laki yang kira-kira masih berumur 6 tahun.

“Lin, ini siapa?” tanyaku kepadanya.

“Kamu lupa ya ini kan Josh! Adikku.” jawabnya.

“Oh iya aku lupa! Sekarang udah besar ya.”.

“Dasar pikun!” ejek Alex padaku.

“Emangnya kamu inget tadi?” tanyaku pada Alex.

“Nggak sih!” jawabnya malu.

“Ye sama aja!”.

“Biarin aja!”.

“Udah-udah jangan pada ribut terus.” Lina keluar dari rumah membawa minuman.

“Eh nanti sore kalian mau nganterin aku ke mall nggak?” tanyanya pada kami berdua.

“Kalau aku jelas mau dong! Kalau Alex tau!” jawabku tanpa pikir panjang.

“Ye kalau buat Lina aja langsung mau, tapi kalau aku yang ajak susah banget.” ejek Alex padaku.

“Maaf banget Lin, aku nggak bisa aku ada latihan nge-band.” jawabnya kepada Lina.

“Oh gitu ya! Ya udah Van nanti kamu kerumahku jam 4 sore ya!” kata Lina padaku.

“Ok deh!” jawabku cepat. Saat yang aku tunggu udah dateng, setelah dandan biar bikin Lina terkesan dan pamit kenenekku aku langsung berangkat ke rumah nenek Lina.

Sampai dirumah Lina aku mengetuk pintu dan mengucap salam ibu Lina pun keluar dan mempersilahkan aku masuk.

“Eh Ivan sini masuk dulu! Linanya baru siap-siap.” kata beliau ramah.

“Iya tante!” jawabku sambil masuk kedalam rumah. Ibu Lina tante Vivi memang sudah kenal padaku karena aku memang sering main kerumah Lina.

“Lina ini Ivan udah dateng” panggil tante Vivi kepada Lina.

“Iya ma bentar lagi” teriak Lina dari kamarnya. Setelah selesai siap-siap Lina keluar dari kamar, aku terpesona melihatnya.

“Udah siap ayo berangkat!” ajaknya padaku. Setelah pamit untuk pergi aku dan Lina pun langsung berangkat. Dari tadi pandanganku tak pernah lepas dari Lina.

“Van kenapa? Kok dari tadi ngeliatin aku terus ada yang aneh?” tanyanya kepadaku.

“Eh nggak apa-apa kok!” jawabku kaget.

Kami pun sampai di tempat tujuan. Kami naik ke lantai atas untuk mencari barang-barang yang diperlukan Lina. Setelah selesai mencari-cari barang yang diperlukan Lina kami pun memutuskan untuk langsung pulang kerumah. Sampai dirumah Lina aku disuruh mampir oleh tante Vivi.

“Ayo Van mampir dulu pasti capek kan?” ajak tante Vivi padaku.

“Ya tante.” jawabku pada tante Vivi. Setelah waktu kurasa sudah malam aku meminta ijin pulang.

Sampai dirumah aku langsung masuk kekamar untuk ganti baju. Setelah aku ganti baju aku makan malam.

“Kemana aja tadi sama Lina?” tanya nenekku padaku.

“ Jalan-jalan di Mall !” jawabku sambil melanjutkan makan. Selesai makan aku langsung menuju kekamar untuk tidur. Tetapi aku terus memikirkan Lina. Kayanya aku suka deh sama Lina.

“Nggak! Nggak boleh aku masih kuliah semester awal, aku masih harus belajar.” bisikku dalam hati. Satu minggu berlalu, aku masih tetap kepikiran Lina terus.

Akhirnya sore harinya Lina harus kembali ke Bandung lagi. Aku dan Alex datang kerumah Lina. Akhirnya keluarga Lina siap untuk berangkat.

Pada saat itu aku mengatakan kalau aku suka pada Lina.

“Lina aku suka kamu! Kamu mau nggak kamu jadi pacarku” kataku gugup.

“Maaf Van aku nggak bisa kita masih terlalu muda!” jawabnya padaku.

“Kita lebih baik Sahabatan kaya dulu lagi aja!”

Aku memberinya hadiah kenang-kenangan untuknya sebuah kalung. Dan akhirnya Lina dan keluarganya berangkat ke Bandung. Walaupun sedikit kecewa aku tetap merasa beruntung memiliki sahabat seperti Lina. Aku berharap persahabatan kami terus berjalan hingga nanti.





Lirik Lagu Zigaz - Sahabat Jadi Cinta


[Intro] B
B E
Kuhantarkan bak di pelataran
E G#m
Hati yang temaran
E B
Matamu juga mata mataku
C#m F#m
Ada hasrat yang mungkin terlarang
E B
Satu kata yang sulit terucap
E G#m
Hingga batinku tersiksa
E B
Tuhan tolong aku jelaskanlah
C#m F#m
Perasaanku berubah jadi cinta
[chorus]
B F#m
Tak bisa hatiku merafikan cinta
G#m F#m
Karena cinta tersirat bukan tersurat
E D#m
Meski bibirku terus berkata tidak
C#m F#m
Mataku terus pancarkan sinarnya
E B
Kudapati diri makin tersesat
E G#m
Saat kita bersama
E B
Desah nafas yang tak bisa truskan
C#m F#m
persahabatan jadi cinta
[chorus]
B F#m
Apa yang kita kini tengah rasakan
G#m F#m
Mengapakah kita coba persatukan
E D#m
Mungkin cobaan untuk persahabatan
C#m F#m B
Atau mungkin sebuah takdir Tuhan

Tidak ada komentar: